Tukarkan Tiga Buah Jambu Biji dengan Uang Miliaran Rupiah di Punden Boja





Dengan menyediakan beberapa sesaji termasuk tiga buah jambu biji, konon kita bisa melobi penguasa bank gaib Boja untuk meminjamkan uang. Tapi jangan sampai menyalahi janji dan kesepakatan. Sebab resikonya sangat berat.

SEBENARNYA tidak ada yang istimewa dari sebatang pohon kamboja yang tumbuh di tengah areal persawahan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur ini. Batangnya yang tidak terlalu besar, mengesankan kalau usia pohon itu sebenarnya tidak terlalu tua. Namun siapa yang sangka, kalau ternyata pohon yang terlihat nyaris mati di tengah panasnya musim kemarau itu, sudah ada sejak beberapa abad yang lalu.
Ya, demikianlah penuturan Mbah Miran, lelaki 80 tahun yang mengaku menjadi penjaga pohon itu sejak 35 tahun yang lalu. Menurutnya pohon itu adalah tanda dari makam Raden Subakir dan istrinya Dewi Amini.
Diceritakan bahwa Raden Subakir adalah seorang saudagar kaya raya yang hidup di jaman Kerajaan Pajang. Namun saat terjadi perang antara Pajang dan Mataram, dia bersama istrinya mengungsi hingga ke wilayah Ngawi.
Konon pada saat mengungsi, Raden Subakir membawa serta seluruh harta bendanya yang jumlahnya hingga berpeti-peti. Dan dengan harta yang dimilikinya itu juga, dia ikut mendanai perang yang dilakukan Raden Ronggo Jumeno dari Madiun, melawan Mataram. Ini dilakukan karena Raden Subakir tidak suka dengan Mataram.
Setelah hidup bahagia dan hartanya semakin berlimpah, beberapa tahun kemudian Raden Subakir  dan istrinya meninggal. Mereka berdua selanjutnya dimakamkan secara bersama-sama. Dan sesuai dengan pesannya, dia ingin harta miliknya ikut dikubur bersama jasadnya.
Sebatang pohon kamboja kemudian ditancapkan di atas pusara keduanya, yang mana sampai sekarang masih terlihat berdiri dengan tegak di tengah areal persawahan warga. Sisa-sisa bunga yang telah mongering serta batang-batang hioswa tampak terserak di sekitar tempat pohon itu tumbuh. Ini karena hampir tiap saat ada saja orang yang datang untuk berdoa dan ritual di tempat ini.
Banyaknya orang yang datang tersebut tak lepas dari keyakinan akan diperolehnya harta berlimpah yang dalam hal ini berupa uang dari makam ini. Sebab konon dengan sebuah ritual tertentu, penguasa gaib tempat ini yang tak lain adalah Raden Subakir dan Dewi Amini akan memberikan harta berlimpah sesuai dengan yang kita minta.
Karena itu pula, akhirnya tempat yang dikenal dengan sebutan punden Boja ini disebut-sebut sebagai bank gaib. Sebab dalam laku ritual khusus yang dijalankan para pengalab berkah, konon ada proses transaksi sebagaimana yang terjadi di bank secara umum.
“Siapapun yang pinjam uang di sini pasti akan diberi, berapapun besarnya. Asalkan memenuhi persyaratan yang ditentukan,” jelas Mbah Miran saat ditemui depthINFO.com di rumahnya. Masih menurut sang juru kunci, sudah banyak orang yang menikmati hasil uang dari bank gaib ini. Bahkan sebagian besar bisa menjadi pengusaha sukses dengan modal dari bank ini.
Cukup dengan menyediakan beberapa perlengkapan yang menjadi syarat ritual, maka apa yang diharapkan bisa jadi kenyataan. Ada sekitar sebelas bahan yang harus disediakan sebagai sesajen untuk melobi Raden Subakir. Sebelas sendiri merupakan simbol dari belas kasihan. Artinya dengan menyediakan sebelas sesaji itu, si pelaku berharap agar mendapat belas kasihan dari Raden Subakir.
Syarat-syarat yang harus disediakan itu antara lain minyak jafaron, hioswa dua batang, candu, kemenyan madu, kembang telon, kembang cempaka mulyo, jambu biji tiga buah, kinangan (perlengkapan untuk makan sirih, red) dan kopi manis serta pahit.
Sesaji-sesaji itu berguna sebagai penghubung ke alam gaib. Khusus untuk candu, benda yang satu ini diyakini sebagai benda yang ampuh untuk melobi bangsa jin. Sedangkan jambu biji serta bunga cempaka merupakan simbol pengharapan. Jambu biji simbol harapan agar rejeki yang dimiliki seseorang bisa selalu banyak seperti biji pada buah ini. Sedangkan cempaka mulya merupakan simbol harapan akan datangnya kemulyaan dalam hidup.
Ritual peminjaman uang sendiri tidak hanya dilakukan di komplek punden. Justru ritual utama dilakukan di rumah, dengan menyediakan ruangan khusus. Di dalam ruangan inilah, si pelaku ritual harus menjalankan ritual khusus secara rutin tiap hari. Sedangkan ritual di punden hanya sebatas ziarah sambil melakukan kesepakatan gaib dnegan Raden Subakir.
Kesepakatan gaib yang dimaksud di sini adalah kesepakatan terkait dengan jumlah uang serta tenggang waktu pengembalian. Sebab uang yang diperoleh tersebut sifatnya adalah pinjaman yang harus dikembalikan secara utuh tanpa bunga, tepat pada waktu yang disepakati. Bila tidak, maka si peminjam akan menjadi budak Raden Subakir di alam gaib.
Ya. Uang yang dipinjam dari Raden Subakir memang tidak mengenal bunga. Berapapun besarnya yang dipinjam dan berapun lamanya uang itu akan dikembalikan, tidak ada bunga sepeserpun yang diminta. “Syaratnya cuma satu. Kita harus tepat waktu sesuai dengan janji yang kita sampaikan. Kalau tidak, maka kita akan menjadi budaknya saat kita mati,” terang sang juru kunci.
Untuk waktu pengembaliannya, menurut Mbah Miran, Raden Subakir tidak menetapkan batas maksimal. Semua terserah si peminjam, baik itu sebulan, setahun atau bahkan mungkin sepuluh tahun atau lebih. Yang terpenting janji itu harus ditepati. Artinya kalau misalakn sudah berjanji akan mengembalikan dalam jangka waktu lima puluh tahun, maka tepat pada waktu itu, si peminjam harus segera mengembalikan. Sebab kalau tidak, maka pada saat maninggal, arwahnya akan menjadi budak Raden Subakir. 

Seorang pelaku ritual sedang melakukan lobi gaib di punden Boja

Ritual Khusus
Dalam ritual, minyak japaron, kemenyan, candu, serta hioswa dibakar. Sedangkan beberapa bahan yang lain ditempatkan di atas sebuah meja yang disediakan secara khusus di rumah. Dalam ritual, si pelaku harus membaca doa dan mantera khusus seperti yang diajarkan Mbah Miran. Mantera ini harus dibaca secara rutin tiap hari, selama empat puluh hari.
Nah, dalam empat puluh hari kemudian, menurut Mbah Miran, uang yang diminta akan datang sendiri. Uang akan tiba-tiba ada di atas meja yang telah disiapkan secara khusus. Namun untuk jumlahnya , belum tentu sesuai dengan yang kita minta.
“Ya seperti kalau kita minjam di bank lah.. Jumlah yang kita dapatkan terkadang tidak sesuai dengan yang kita ajukan. Ini karena di bank milik Eyang Subakir ini juga ada petugas yang menyeleksi tingkat kemampuan orang-orang yang datang,” terang Mbah Miran. Namun demikian, menurut pria tua ini, jumlah yang didapat pasti lebih dari satu milyar, sehingga bisa dijadikan modal usaha.
Mbah Miran juga menjelaskan bahwa bank gaib di punden Boja ini tidak hanya menyediakan pinjaman ‘lunak’. Lebih dari itu, sang danyang juga tak segan-segan memberikan uang secara gratis kepada mereka yang membutuhkan. Namun jangan pernah berbohong. Artinya jangan pernah mengaku tidak punya uang sama sekali, kalau sebenarnya masih punya banyak uang. Sebab kalau si danyang marah, bukan tidak mungkin akan mengirimkan bencana.
“Kalau kita benar-benar membutuhkan, Eyang Subakir pasti akan memberi. Tapi jumlahnya tentu tidak banyak. Tapi kalau kita bohong, biasanya malah akan celaka,” ungkap Mbah Miran.
Karena itu bagi mereka yang memang berniat mendapatkan uang banyak, maka Mbah Miran menyarankan untuk meminjamnya saja. Sebab bila meminjam, seseorang tidak akan terlalu terikat dengan ancaman bencana. Dan lagi, dia akan memiliki kebebasan untuk menentukan, kapan uang itu akan dikembalikan.

Kondang
Ketenaran punden Boja ini kontan membuat nama Mbah Miran juga ikut kondang. Hampir tiap hari rumahnya selalu didatangi tamu yang ingin mendapatkan pinjaman modal dari Raden Subakir. Seperti saat depthINFO.com bertemu dengannya, sepasang suami istri asal Boyolali, sebut saja Slamet dan Rina tengah sibuk mendengar petunjuk dari Mbah Miran.
Slamet dan Rina adalah pedagang pakaian di Pasar Boyolali. Kebetulan beberapa waktu lalu usahanya agak bermasalah. Sepinya pembeli membuat usahanya nyaris gulung tikar. Karena itulah, dia mengaku butuh banyak modal untuk mengembangkan usaha di bidang lain.
Dan berdasarkan informasi dari beberapa orang yang dikenalnya, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mendatangi punden Boja, guna meminjam modal. Dalam penuturannya kepada Mbah Miran, Slamet dan isrinya mengaku telah siap menanggung segala resiko yang bakal dihadapinya. Namun sayangnya, Slamet dan istrinya enggan diwawancarai lebih jauh terkait tujuannya datang ke rumah Mbah Miran.
Satu hal yang juga ditegaskan Mbah Miran adalah, bahwa stok uang di bank gaib punden Boja tidak akan bisa habis. Sebab, namanya juga dunia gaib, segala sesuatunya pasti bisa dilakukan dan diwujudkan. Selain itu, Mbah Miran juga mengatakan kalau uang yang didapat nantinya pasti asli. Jadi bisa langsung dipergunakan sesuai rencana dan kebutuhan orang yang meminjamnya.
Ketersediaan stok uang itu juga karena setiap saat pasti akan ada saja orang yang datang untuk mengembalikan. Dalam proses pengembalian itulah kerap terjadi masalah. Seringkali jumlah uang yang akan dikembalikan itu jumlahnya berkurang dengan sendirinya. Padahal sebelumnya saat dihitung jumlahnya pas. Hal ini tentu membuat si peminjam harus menerima sanksi, karena dianggap tidak menepati janji dan kesepakatan yang dibuat. Dan sanksinya jelas, dia akan menjadi budak Raden Subakir. Ya, mungkin ini semua memang bagian dari akal licik iblis, yang ingin menjerumuskan manusia. //

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel