Unjuk Gigi Para Bartender dalam Flair & Mixology Competition






Puluhan bartender berlomba menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam meracik minuman dan aksi akrobatik. Untuk merebut title juara dalam sebuah kompetisi antar bartender di sebuah hotel berbintang di Semarang.


Menyaksikan aksi akrobatik seorang bartender dengan segala atraksinya di belakang meja bar, memang mendatangkan kenikmatan tersendiri. Dan hal itu juga yang menjadi daya tarik dari sebuah bar, sehingga bisa menarik konsumen untuk datang. Sebab tak hanya ingin mencicipi minuman, biasanya seorang komnsumen juga tertarik karena ingin menikmati berbagai gerakan indah dari bartender yang memainkan botol dan gelas secara akrobatik.
Ya. Seorang bartender memang bukan hanya mereka yang bisa meracik minuman, tapi juga menyuguhkan atraksi akrobatik yang bisa menghibur para pengunjung. Karena itulah, di berbagai temopat kerap diadfakan lomba atau kompetisi bartender yang menuntut para pesertanya untuk unjuk kebolehan dalam meracik minuman serta memainkan botol dan gelas di tengah proses meracik.
Dan salah satu kompetisi antar bartender digelar di Patra Jasa Semarang Convention Hotel. Dengan tajuk Flair & Mixology Competition satu persatu bartender menunjukkan kebolehannya dalam meracik minuman.  Setidaknya ada 39 peserta dalam perhelatan yang digelar pada Minggu 30 Oktober 2016 lalu itu. Dan dari 39 peserta itu, dibagi dalam dua kategori yaitu mixologi dan flair.
Untuk mixologi yang diikuti oleh 20 peserta, para bartender diwajibkan untuk membuat minuman dengan racikan bahan-bahan yang sudah disediakan. Dan dalam kategori ini penilaian didiberikan pada ketepatan waktu serta rasa dari racikan minuman itu. Sehingga para peserta berlomba menciptakan komposisi bahan setepat mungkin, agar minuman yang disajikan benar-benar nikmat.
“Dalam mixologi, point utamanya tentu pada waktu dan rasa. Sebab tujuan utama dari lomba ini adalah terkait dnegan kinerja seorang bartender saat melayani tamunya. Jadi sebisa mungkin dia bisa menyajikan pesanan tamui dnegan cepat dan rasanya pas,” jelas Wawan Kurniawan, seorang entertainment flair bartender asal Jakarta, yang menjadi juri pada kompetisi tersebut.


Kepada Kla6news.blogspot.com Wawan juga menambahkan bahwa seorang bartender dituntut untuk menciptakan minuman yang benar-benar bisa memuaskan konsumen. Karena itulah, dia harus tepat dalam memilih komposisi bahan, sesuai dengan yang dipesan oleh konsumennya.
“Saat bicara rasa, ukurannya memang sangat subyektif. Namun pada dasarntya dalam konteks minuman, hanya ada tiga rasa, yaitu manis, asam dan pahit. Sehingga nanti tergantung konsumen, maunya minuman yang bagaimana. Apakah yang cenderung manis, asam atau pahit. Dengan begitu seorang bartender bisa meracik komposisi yang pas,sesuai dengan selera konsumen. Pun demikian dengan lomba kali ini. Tiap peserta dituntut untuk menciptakan minuman yang rasanya pas sesuai dengan jenis yang dipilih,” sambungnya.
Wawan yang sudah malang melintang di dunia bartender dan kerap mengikuti kompetisi serupa di tingkat dunia tersebut memang sengaja dipilih oleh panitia untuk mejjadi juri. Sehingga hasil penilaian yang diberikan oleh para juri nanti benar-benar nilai yang berkualitas.
Sedangkan untuk kompetisi kedua yaitu flair, bartender dituntut untuk mernunjukkan skill memainkan botol dan peralatan membuat minuman. Dalam lomba yang satu ini, seorang bartender dituntut untuk bisa menyajikan hiburan kepada para konsumen, di tengah dia menunggu minuman yang dipesannya. Dan atraksi juggling yang dimainkan oleh para peserta pun mengundang decak kagum para penintin yang menyaksuikan lomba itu di Ballroom Poncowati.
Untuk lomba flair ini para peserta tidak terlalu dinilai pada hasil racikan minumannya. Sebab yang diutamakan adalah kemahiran mereka berakrobat dnegan botol dan gelas.  Dan untuk itu, para peserta dituntut untuk senantiasa memiliki konsentrasi tinggi, agar botol dan gelas itu tidak sampai jatuh.
“Dalam kompetisi flair, para peserta tidak hanya dituntut untuk membuat minuman yang enak, tapi juga harus bisa menunjukkan atraksi akrobatik memainkan botol dan gelas. Hal ini bertujuan untuk memberikan hiburan kepada para konsumen saat dia benar-benar menjadi bartender professional nantinya. Dan sama seperti mixologi, para peserta juga dibatasi dnegan waktu tertentu. Karena tetap yang diutamakan adalah pelayanan yang cepat pada konsumen,” papar Wawan.
Keunikan dalam dunia bartender inilah yang mendorong pihak Patra Jasa Semarang Convention Hotel, untuk menggelar kompetisi bartender yang kedua kalinya. Kompetisi yang pertama digelar dua tahun lalu, dengan skala Jawa tengah dan DI Yogyakarta. Dan karena terbilamng sukses, maka kompetisi ditimngkartkan dengan skala nasional. Sehingga para peserta yang ikut berlomba datang dari berbagai kota se Indonesia.
“Di sini peserta berasal dfari berbagai latar belakang. Ada yang memang seorang bartender professional di hotel atau café, tapi banyak juga yang datang atas nama individu. Namun yang pasti hal ini menunjukkan animo masyarakat sangat tinggi terhadap dunia bartender. Dan ini terlihat dari banyaknya peserta yang datang dari luar Jawa teng. Ada yang dari Jakarta, Bandung, Surabaya hingga Bali,” jelas Executive Assistant Manager Patrajasa Hotel Semarang, Yul Budi Haryanto, selaku panitia dalam acara ini.


Yul Budi juga menjelaskan bahwa acara ini juga memiliki misi untuk mengubah pandangan miring masyarakat terkait dunia bartender. Yang m,ana selama ini selalu diidentikkan dnegan minuman keras. Padahal seorang bartender tidak hanya dituntut untuk meracik minuman keras, tetapi berbagai macam minuman, termasuk yang bersifat jkesehatan. Karena ilmu mixology sendiri tidak dibatasi pada jenis minuman tertentu.
“Mixology itu kan ilmu untuk meracik atau mencampur berbagai bahan dan dibuat menjadi minuman. Sehingga hal ini juga berlaku pada minuman jenis lain, termasuk minuman klesehatan. Yang terpenting dalam mixologi adalah takaran dan komposisi yang didasarkan pada pedoman-pedoman tertentu,” jelasnya.
Dan hal ini juga disepakati oleh Wawan yang menyebut bahwa di masyarakat ada kesalah pahaman terkait mixology. Banyak masyarakat yang menyamakan mixologi dengan oplosan. Padahal hal itu jauh berbeda. Mixologi menurut Wawan dibatasi pada aturan-aturan yang membuat seorang bartender tidak boleh asal-asalan dalam mencampurkan bahan minuman.
Ada bahan-bahan tertentu yang memang tidak boleh dicampurkan dnegan bahan lainnya, karena justru bisa menciptakan zat beracun. Sehingga hal ini berbeda jauh dnegan oplosan yang cenderung asal-asalan dalam membuat racikan minuman. Yang ujung-ujungnya justru menimbulkan jatuhnya korban jiwa karena keracunan.
Dalam kompetisi tersebut masing-masing kategori diambil 5 besar, untuk kemudian diadu lagi untuk diiambil juara dari masing-masing kategori. Dan ubntuk kategori mixologi, juara disabet oleh Yudhizt, seorang bartender asal Bali. Yudhizt berhasil menyisihkan para peserta lainnya dengan penampilannya yang mencampurkan arak khas Bali dalam minumannya.
“Arak Bali selama ini sudah snagat dikenal oleh masyarakat, karena aromanya yang harum. Karena itu saya mencoba menggunakannya untuk menggantikan posisi vodka, sebagai bahan campuran. Dengan begitu akan diperoleh minuman dengan aroma yang khas,” jelas pria beroenampilan nyentrik ini..
Sedangkan untuk kategori flair, juara disabet oleh Randi asal Yogjakarta. Atraksi dari pria yang mendaftar atas nama individu ini benar-benar memukau juri. Karena dari awal hingga akhir batas waktu yang diberikan, dia nyaris tidak melakukan kesalahan.
Masing-masing juara mendapat hadian Rp.4 juta. Sedangkan untuk juara kedua mendapatkan Rp. 1,5 juta. Nilai hadian itu mungkin tidak terlalu besar. Tapi menurut Yul Budi, yang teropenting adalah bagaimana para bartender bisa menunjukkan eksistensi mereka sembari mengubah image bahwa bartender tidak hanya identik dengan hal-hal yang negatif. /

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel