Berdiri di Bekas Rumah Panembahan Senopati, Begini Keunikan Hotel Solia Zigna Laweyan


Perpaduan konsep klasik dan modern, menjadi daya tarik tersendiri yang ditampilkan Solia Zigna Laweyan. Untuk meramaikan dunia perhotelan di Kota Solo

WARTAJOGLO, Solo  - Suara alat musik sitar yang dimainkan seorang pria paruh baya, langsung menyambut saat memaauki lobby Hotel Solia Zigna Laweyan. Alat musik tradisional ini sengaja dimainkan untuk menguatkan nuansa tradisional, yang sengaja dibentuk oleh manajemen hotel. Sebagai salah satu ciri khas dan daya tarik yang membedakan dengan hotel lainnya.

Ya, berada di tengah kampung batik Laweyan Kota Solo, tagline Kampung Batik Greatest Experience pun diangkat. Di mana Solia Zigna akan menawarkan sebuah pengalaman yang berbeda, untuk para tamu yang menginap di sana. 

Memiliki 130 kamar, hotel ini masih satu grup dengan Amarelo serta Adhiwangsa yang sudah lama dikenal di Kota Solo. Gusty Muchlis sang General Manager sendiri optimis bahwa hotel yang dipimpinnya akan sanggup berkembang, meski di tengah situasi pandemi. 

"Kita tahu bahwa situasi pandemi ini memnag telah membuat dunia perhotelan terpuruk. Namun dalma beberapa waktu terakhir, kondisinya sudah mulai membaik. Sehingga saya yakin kalau Solia Zigna akan bisa meraih hasil positif," ujarnya saat menggelar konferensi pers pada Sabtu (10/10) sore. 

Konsep unik ynag diusung Solia Zigna tentu menjadi andalan bagi Gusti untuk memasang target tinggi pada hotelnya. Sebab hal ini baru pertama kali di Indonesia. 

"Hotel kami memiliki dua muka. Jadi meski berada di tepi jalan raya, namun lobby utamanya justru ada di tengah kampung. Jadi para tamu harus masuk melalui kampung batik Laweyan. Dan inilah yang kami sebut bagina dari tagline Kampung Batik Greatest Experience. Di mana sejak mulai datang, para tamu sudah merasakan suasana kampung batik," lanjutnya. 

Konsep unik menjadi daya tarik tersendiri bagi Solia Zigna Laweyan
Untuk memperkuat tagline itu, serangkaina paket wisata juga disiapkan oleh manajemen. Di antaranya wisata keliling kampung batik dengan menggunakan becak. 

Baca Juga

Perpaduan Klasik dan Modern, Jadi Daya Tarik Solia Hotel Solo

"Kami juga bekerjasama dengan tukang becak, untuk menyiapkan paket wisata keliling kampung batik. Sehingga para tamu nnatinya bisa melihat dengan lebih dekat, suasana di kampung bersejarah ini. Mulai dari proses produksi, hingga suasana klasik dari bangunan-bangunan kuno yang ada di sini," tambah Lisa Halim, Director of Sales Marketing Solia Zigna. 

Proyek Terakhir

Yang tak kalah menarik adalah kabar meninggalnya Robby Sumampow pada Minggu (11/10) malam, di Singapura. Sebab Robby adalah pemilik hotel ini. Sehingga bisa jadi ini adalah proyek monumental terakhir sebelum Robby Sumampow meninggal. 

Robby Sumampow sendiri dikenal sebagai salah satu pengusaha yang dekat dengan keluarga Cendana. Sejak beberapa waktu terakhir dia dikabarkan sakit, dan dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura. Meski telah dirawat dengan intensif, namun agaknya Tuhan berkehendak lain. Robby akhirnya menghembuskna nafas terakhir di usianya yang ke 76 tahun. 

Sekedar flash back, masyarakat tentu masih ingat bagaimana Robby begitu berjaya saat pemerintah melegalkan judi PORKAS hingga SDSB. Sebab saat itu Robby ikut mengelola bisnis ini. 

Robby memang begitu dikenal di dunia perjudian. Terlebih karena dia juga memiliki kasino di Pulau Christmas. Namun seiring dilarangnya berbagai jenis permainan undian itu, Robby akhirnya mmeilih terjun di dunia property. Di mana beberapa hotel dan cottage didirikan sebagai bisnisnya. 

Di kota Solo tempat kelahirannya, nama Robby juga begitu dikenal. Selain memiliki empat hotel berbintang, dia juga menguasai lahan di mana salah satu ikon sejarah, Benteng Vastenburg berdiri. Dan hotel Solia Zigna Laweyan semakin menguatkan kesan, bahwa Robby memang sangat suka dengan hal-hal yang berbau sejarah. 

Ya, konsep bangunan dari Solia memang perpaduan bangunan modern dan kuno. Di mana bangunan asli yang berarsitektur klasik, masih dipertahankan sebagai daya tarik tersendiri. Terutama bagi para tamu yang menyukai sejarah. 

Bagian depan Solia Zigna yang berada di tengah kampung batik Laweyan

Dan nilai sejarah dari bangunan ini juga tidak main-main. Sebab diyakini bahwa tanah tempat hotel ini berada, dulunya adalah bekas tempat tinggal Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram. 

Hal ini sampaikan oleh ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Surakarta, Abdullah Soewarno. Yang kebetulan kenal dengan pemilik lama bangunan tempat Solia Zigna berdiri. 

"Kalau dari informasi orang-orang tua dulu, Panembahan Senopati tinggalnya di sini. Dulu namanya masih Sutawijaya dan berjuluk Panembahan Loring Pasar. Sebab dulu di jaman Pajang, pasarnya ada di dekat sungai sana (sisi selatan kmapung batik Laweyan)," jelasnya saat memberi sambutan dalma peresmian hotel Solia Zigna Laweyan. //bang 

Video Terkait:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel