Saat Mahasiswa Asing Tertarik Belajar Meramal Nasib, dalam Kegiatan Gegulang Pawukon



Keunikan pawukon membuatnya jadi salah satu karya besar masyarakat Jawa yang menarik perhatian mahasiswa luar negeri

WARTAJOGLO, Solo - Dalam kehidupannya, masyarakat Jawa tidak pernah lepas dari serangkaian perhitungan, yang didasarkan pada hari kelahirannya. Metode perhitungan yang disebut dengan pawukon ini, kerap dijadikan dasar untuk menentukan langkah-langkah tertentu dalam kehidupan. Baik untuk mencari jodoh, pekerjaan ataupun memilih tempat tinggal.

Keunikan metode perhitungan inipun sejak lama jadi perhatian masyarakat luar Suku Jawa. Bahkan banyak pula ilmuwan dari luar negeri yang mencoba melakukan pengkajian, terhadap horoskop masyarakat Jawa itu. Tak terkecuali para mahasiswa dari luar negeri, yang sedang menempuh pendidikan di kampus IInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.

Ini terlihat saat para mahasiswa ini mengikuti kuliah luar kampus, di Museum Radya Pustaka. Yang merupakan rangkaian kegiatan mata kuliah 'Crrative Thinking'. 

Baca Juga: 

Diikuti oleh sekitar 80 mahasiswa, yang sebagian adalah mahasiswa luar negeri, mereka diterangkan terkait simbol-simbol pawukon. Perpaduan dari seni menulis huruf Jawa, dengan gambar-gambar tokoh, serta flora dan fauna, menciptakan karya visual yang menarik untuk dipelajari. 

Karenanya para mahasiswa ini terlihat begitu serius, membaca keterangan  dari setiap gambar pawukon yang ada. Sesekali mereka bertanya ke petugas museum, ataupun ke dosen yang mendampingi mereka. 

"Selama perkuliahan Creative Thinking ini, mahasiswa diajarkan struktur anatomi yang membentuk visual Pawukon. Di antaranya ilustrasi tokoh karakter, flora, fauna, arsitektur bangunan, warna serta tipografi aksara Jawa," ujar Ipung Kurniawan Yunianto salah satu dosen Prodi DKV FSRD, ISI Surakarta, saat ditemui di komplek Museum Radya Pustaka pada Rabu, (11/12) siang. 

Tak hanya itu, para mahasiswa juga mempraktekan cara pembacaan Pawukon terkait dengan nasib, hari baik dan sebagainya dalam ruang lingkup pengkajian akademis. Sehingga ke depannya, perkuliahan ini menjadi bagian dari  keunikan dan pengayaan khasanah belajar mengajar tersendiri, dalam membudayakan artefak visual budaya Jawa. Yang ditujukan untuk generasi masa depan, dan dirangkai dalam wawasan akademis.

"Kegiatan ini kita sebut dengan 'Gegulang Pawukon' yabag bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa  dalam mengenal dan mengetahui budaya Jawa. Karena pawukon adalah salah satu karya masterpiece masyarakat Jawa," sambung Ipung. //bang

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel