Berdiri Sejak Tahun 60an. Ternyata Begini Rahasia Eksistensi Bakso Kadipolo
WARTAJOGLO, Solo - Alunan musik keroncong yang dimainkan dua orang pengamen, langsung menyambut saat memasuki rumah makan Bakso Kadipolo. Yang berada di Jalan Ronggowarsito, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Musik ini seolah menciptakan nuansa tersendiri, di dalam rumah makan yang sengaja mempertahankan citarasa khas Kota Solo itu.
Ya, Nuansa khas Solo yang tenang memang menjadi salah satu daya tarik dari rumah makan ini. Sehingga tak salah bila dari waktu ke waktu, pelanggannya semakin banyak. Karena di sini para pengunjung tak hanya dijamu dengan beragam menu tradisional khas Kota Solo. Tapi mereka juga bisa menikmatinya dengan suasana yang nyaman bersama keluarga. Tentunya sambil ditemani alunan lagu-lagu keroncong yang syahdu.
Meski memakai nama Bakso Kadipolo, namun di rumah makan ini tak hanya menyediakan bakso. Beragam menu tradisional (Jawa) disajikan. Mulai dari beraneka macam olahan sayur hingga lauk, bisa dinikmati secara prasmanan dengan harga terjangkau.
“Salah satu menu andalan selain bakso adalah ayam klamut serta tengkleng. Tapi yang lain juga masih ada puluhan menu lain yang tak kalah lezatnya,” jelas Alfian Tanjung, owner rumah makan Bakso Kadipolo saat ditemui pada Senin (25/1) siang.
Pria yang juga dikenal sebagai seorang mubaligh tingkat nasional ini juga menambahkan bahwa menjaga kualitas rasa dan bahan adalah hal utama yang selalu dipertahankan. Dengan begitu akan membuat orang ketagihan untuk datang dan makan di rumah makannya.
Aneka menu masakan Jawa tradisional tersaji di rumah makan Bakso Kadipolo |
“Sebenarnya
tidak ada resep rahasia yang kita pakai. Yang pasti tentunya kita selalu
mempertahankan kualitas bahan dan rasa. Artinya dalam kondisi apapun kita tidak
akan mengurangi bumbu ataupun komposisi bahan yang dipakai. Sehingga rasanya
tetap terjaga,” lanjutnya
Ditambahkannya pula bahwa banyak pengunjung rumah makannya yang bercerita kalau rasa dari masakan di Bakso Kadipolo sangat khas. Sehingga meskipun di luar banyak yang mencoba meniru beberapa menu dari rumah makan itu, tetap saja tidak bisa mengalahkan citarasa asli khas milik Bakso Kadipolo.
“Di luar banyak yang menyajikan ayam klamut. Tapi kebanyakan pengunjung mengatakan rasanya beda dengan di sini. Makanya dia tetap datang ke sini untuk makan ayam klamut,”ungkap Alfian.
Sementara untuk baksonya, sampai saat ini Bakso Kadipolo bisa dikatakan menjadi brand bakso nomer satu di Kota Solo. Apalagi bila merunut dari sejarahnya, tentu siapa yang tidak kenal dengan Bakso Kadipolo. Yang sudah berdiri sejak tahun 1967.
Alfian Tanjung, owner Bakso Kadipolo |
“Orang makan bakso itu kan yang dirasakan pertama kali adalah rasa dagingnya. Karena itu saat orang makan Bakso Kadipolo, dia juga akan merasakan citarasa daging yang dominan, bukan tepungnya. Itulah kenapa Bakso Kadipolo bisa terus bertahan hingga puluhan tahun, meski di luar sana banyak bakso-bakso baru yang bermunculan. Karena kita selalu menjaga kualitas citarasa bakso asli Kota Solo,” imbuh suami Hj. Indrat, salah satu generasi penerus pendiri rumah makan Bakso Kadipolo ini.
Dampak Pandemi
Dan seperti halnya bisnis kuliner maupun bisnis-bisnis yang lain. Pandemi Covid-19 juga membawa dampak luar biasa pada Bakso Kadipolo. Sempat tutup selama tiga minggu di awal-awal pandemi, jajaran manajemen harus memutar otak untuk bisa tetap bertahan di tengah krisis.
Bagi manajemen, penutupan gerai bukanlah masalah sederhana. Sebab akan ada dampak besar pada sekian ratus orang karyawan dan keluarganya, saat mereka harus kehilangan pekerjaan. Makanya sebisa mungkin mereka tetap harus tetap beroperasi, dengan serangkaian penyesuaian. Terutama terkait protokol kesehatan dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya.
Berdiri Sejak Tahun 60an. Ternyata Begini Rahasia Eksistensi Bakso Kadipolo https://t.co/6Oaq4o6x8x
— WARTAJOGLO (@wartajoglo) January 25, 2021
“Tentunya kami juga terdampak dengan pandemi ini. Sehingga saat awal-awal (pandemi) hampir tiap malam kami harus dibuat sedih dengan sisa makanan yang masih banyak. Karena kami tidak mungkin untuk menjualnya lagi esok hari, demi menjaga kualitas rasa. Sehingga sisa makanan yang ada itupun kita bagi-bagikan,” kenang Alfian.
Kini di tengah
situasi pandemi yang belum kunjung usai, Bakso Kadipolo sepertinya sudah mulai
terbiasa dengan kondisi yang ada. Sehingga meski harus membatasi jumlah
kunjungan, setidaknya kurva penjualannya sudah tidak lagi terus menurun. Yang artinya
masih ada prospek bisnis yang positif. Apalagi saat ini sedang tren pembelian system
online. // bang